Pages

Powered by Blogger.
Get Adobe Flash player

Saturday, 27 September 2014

SEJARAH PERKEMBANGAN PERADABAN MANUSIA



SEJARAH PERKEMBANGAN PERADABAN MANUSIA

Zaman Purba dapat diartikan sebagai zaman pada saat manusia belum mengenal tulisan. Pembagian Zaman Pra-Aksara (purba) berdasarkan peralatan hidup sebagai berikut :
a.       Zaman Batu Tua (Paleotikum)
Sampai sekarang sisa-sisa peninggalan zaman Paleotikum hanya ditemukan di Pulau Jawa dan Sulawesi. Zaman Paleotikum memiliki hubungan yang erat dengan sejarah bumi. Zaman ini mencakup 3 lapisan bumi yaitu Pleistosin bawah, Pleistosin tengah, dan Pleistosin atas. Di Pleistosin bawah telah ditemukan fosil tulang-tulang dan geraham dari binatang menyusui dan manusia yang tertua dari jenis Paleoonthropus.
Fauna dari masa ini disebut Fauna Jetis, yaitu Gajah, Kerbau, Sapii, Rusa, Menjangann dan kuda air yang masih primitive. Sedangkan dari sisa manusia yang ditemukan dapat ditentukan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga jenis manusia yaitu Meganthropus Paleojavanicus, Pithocanthropus Mojokertensis, dan Pithocanthropus.
Peralatan tertua yang terbuat dari batu berasal dari zaman ini, alat itu tidak dapat dimasukkan ke dalam kebudayaan batu teras dan ke dalam golongan “Flake”. Alat-alat itu dikenal sebagai Kapak Genggam, Kapak Perimbas Monofacial, alat-alat Serpih dan beberapa Kepak Genggam yang telah dikerjakan dua sisinya.
b.      Zaman Batu Tengah
Setelah Zaman Es berakhir, Homo Soloensis dari muka bumi dan manusia-manusia baru dari tipe sapien mampu mencapai pulau. Mereka itu adalah orang-orang Melanisia, Austroloida, Wedda, dan Negrito.
Binatang-binatang yang hidup pada zaman sebelumnya telah lenyap kecuali gajah. Binatang pada zaman Mesolitikum mirip dengan binatang yang hidup pada masa sekarang. Bedanya, tubuhnya memiliki ukuran yang lebih besar. Hidup mengembara merupakan cirri yang paling dominan, meski telah ada tanda-tanda untuk menetap lebih lama disuatu tempat. Perkiraan itu dibuktikan dengan Kerang yang tingginya mencapai 4 meter yang ditemukan dipantai timur Sumatera, di Sulawesi Selatan, di dalam gua ditemukan sisa-sisa gigi anjing oleh Sarasin bersaudara.
c.       Zaman Batu Muda
 Kira-kira 1000 tahun sebelum masehi, telah datang bangsa-bangsa baru yang memiliki kebudayaan lebih maju derajatnya. Beberapa kebudayaan mereka yang terpenting adalah sudah mengenal pertanian, berburu, menangkap ikan, memelihara ternak jinak (anjing, babi, ayam).
Mereka mananam tanaman untuk beberapa kali dan sesudah itu ditinggalkan. Mereka berpindah ke tempat lain kemudian kembali bercocok tanam seperti sebelumnya. Sistem pertanian itu sangat tidak ekonomis, tetapi lebih baik dari kehidupan sebelumnya.
Mereka mulai hidup menetap, meski untuk waktu yang tidak lama. Mereka membangun pondok yang berbentuk persegi empat siku-siku, didirikan diatas tiang-tiang kayu, dinding-dinding kayunya diberi hiasan dekoratif yang indah.
Peralatan yang digunakan mereka adalah dari batu, tulang dan tanduk, namun alatnya lebih halus dan lebih tajam. Pola umum kebudayaan dari masa neolitikum adalah pahat persegi panjang. Alat-alat perkakas yang terindah dari kebudayaan ini ditemukan di Jawa Barat dan Sumatera Selatan karena terbuat dari batu permata. Disamping itu ditemukan beberapa kapak & mata panah.
d.      Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Zaman ini sebenarnya bukan kelanjutan dari zaman sebelumnya. Zaman ini muncul bersamaan dengan zaman Mesolitikum dan Neolitikum. Pada zaman batu pada umumnya, muncul kebudayaan batu besar (Megalitikum) seperti menhir, batu berundak, dolmen, dan lain sebagainya.
Beberapa hasil penelitian mengenai manusia purba yang dilakukan oleh beberapa peneliti sejarah adalah sebagai berikut :
    Eugene Dubois
Eugene Dubois adalah seorang dokter berkebangsaan Belanda yang pertama kali datang ke Indonesia. Kedatangannya di Indonesia bertujuan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang keberadaan dan kehidupan manusia purba di Indonesia. Munculnya rasa tertarik Eugene untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang manusia purba di Indonesia setelah dia mendapat kiriman sebuah tengkorak manusia purba dari seorang teman yang bernama BD Van reitschotten pada tahun 1889. BD Van reitschotten menemukan tengkorak di daerah Wajak pada saat ia melakukan penggalian marmer. Sedangkan Eugene Dubois sendiri menemukan manusia purba pada tahu 1890 di dekat desa Trinil Jawa Timur. Fosil ini diberi nama Pithecantropus Erectus (manusia kera yang berjalan tegak). Fosil ini di duga berusia lebih kurang satu juta tahun. Pertemuan tersebut menggemparkan dunia ilmu pengetahuan di bidang paleontology dan biologi.
2. Ter Haar, Oppenorth, G.H.R Von Koeningswald
Ter Haar, Oppenorth, G.H.R Von Koeningswald mengadakan penelitian di daerah Ngandong (Kabupaten Blora). Mereka berhasil menemukan empat fosil manusia purba. Fosil-fosil tersebut lebih dikenal dengan Homo Soloensis karena ditemukan disepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Sekitar Tahun 1934-1941, G.H.R Von Koeningswald menemukan fosil rahang bawah yang berukuran sangat besar sehingga para ahli memberi nama Meganthropus Paleojavanicus.
3.  Tjokrohandoyo dan Difofjes
Usaha penggalian yang dilakukan Tjokrohandoyo di bawah pimpinan Difofjes telah menemukan dua fosil. Fosil-fosil yang ditemukan di desa Perning dekat Mojokerto dan Sangiran dekat Surakarta itu menjadi sangat penting karena diperkirakan berasal dari lapisan tanah yang sangat tua (lebih kurang dua juta tahun yang lalu). Fosil yang ditemukan itu diberi nama Homo Mojokeroensis.
4.  Prof. Dr. Teuku Jacob
Setelah Indonesia merdeka, penelitian tentang manusia purba dilanjutkan oleh para ahli dari Indonesia. Penelitian tersebut dilakukan oleh Prof. Dr. Teuku Jacob di desa Sangiran dan meluas di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Penelitian ini berhasil menemukan 13 fosil. Melalui penelitian yang dilakukan  oleh para ahli berhasil diketahui kehidupan dan keberadaan manusia  purba di Indonesia. Penelitian dan penemuan tersebut dapat dijadikan sumber yang berharga untuk mengetahui perkembangan manusia purba pada masa prasejarah.

No comments:

Post a Comment