SEJARAH PERKEMBANGAN
PERADABAN MANUSIA
Zaman Purba dapat
diartikan sebagai zaman pada saat manusia belum mengenal tulisan. Pembagian
Zaman Pra-Aksara (purba) berdasarkan peralatan hidup sebagai berikut :
a. Zaman Batu Tua (Paleotikum)
Sampai sekarang
sisa-sisa peninggalan zaman Paleotikum hanya ditemukan di Pulau Jawa dan
Sulawesi. Zaman Paleotikum memiliki hubungan yang erat dengan sejarah bumi.
Zaman ini mencakup 3 lapisan bumi yaitu Pleistosin bawah, Pleistosin tengah,
dan Pleistosin atas. Di Pleistosin bawah telah ditemukan fosil tulang-tulang
dan geraham dari binatang menyusui dan manusia yang tertua dari jenis
Paleoonthropus.
Fauna dari masa ini
disebut Fauna Jetis, yaitu Gajah, Kerbau, Sapii, Rusa, Menjangann dan kuda air
yang masih primitive. Sedangkan dari sisa manusia yang ditemukan dapat
ditentukan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga jenis manusia yaitu Meganthropus
Paleojavanicus, Pithocanthropus Mojokertensis, dan Pithocanthropus.
Peralatan tertua yang
terbuat dari batu berasal dari zaman ini, alat itu tidak dapat dimasukkan ke
dalam kebudayaan batu teras dan ke dalam golongan “Flake”. Alat-alat itu
dikenal sebagai Kapak Genggam, Kapak Perimbas Monofacial, alat-alat Serpih dan
beberapa Kepak Genggam yang telah dikerjakan dua sisinya.
b. Zaman Batu Tengah
Setelah Zaman Es
berakhir, Homo Soloensis dari muka bumi dan manusia-manusia baru dari tipe
sapien mampu mencapai pulau. Mereka itu adalah orang-orang Melanisia,
Austroloida, Wedda, dan Negrito.
Binatang-binatang yang
hidup pada zaman sebelumnya telah lenyap kecuali gajah. Binatang pada zaman
Mesolitikum mirip dengan binatang yang hidup pada masa sekarang. Bedanya,
tubuhnya memiliki ukuran yang lebih besar. Hidup mengembara merupakan cirri
yang paling dominan, meski telah ada tanda-tanda untuk menetap lebih lama
disuatu tempat. Perkiraan itu dibuktikan dengan Kerang yang tingginya mencapai
4 meter yang ditemukan dipantai timur Sumatera, di Sulawesi Selatan, di dalam
gua ditemukan sisa-sisa gigi anjing oleh Sarasin bersaudara.
c. Zaman Batu Muda
Kira-kira 1000 tahun sebelum masehi, telah
datang bangsa-bangsa baru yang memiliki kebudayaan lebih maju derajatnya.
Beberapa kebudayaan mereka yang terpenting adalah sudah mengenal pertanian,
berburu, menangkap ikan, memelihara ternak jinak (anjing, babi, ayam).
Mereka mananam tanaman
untuk beberapa kali dan sesudah itu ditinggalkan. Mereka berpindah ke tempat
lain kemudian kembali bercocok tanam seperti sebelumnya. Sistem pertanian itu
sangat tidak ekonomis, tetapi lebih baik dari kehidupan sebelumnya.
Mereka mulai hidup
menetap, meski untuk waktu yang tidak lama. Mereka membangun pondok yang
berbentuk persegi empat siku-siku, didirikan diatas tiang-tiang kayu,
dinding-dinding kayunya diberi hiasan dekoratif yang indah.
Peralatan yang digunakan
mereka adalah dari batu, tulang dan tanduk, namun alatnya lebih halus dan lebih
tajam. Pola umum kebudayaan dari masa neolitikum adalah pahat persegi panjang.
Alat-alat perkakas yang terindah dari kebudayaan ini ditemukan di Jawa Barat
dan Sumatera Selatan karena terbuat dari batu permata. Disamping itu ditemukan
beberapa kapak & mata panah.
d. Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Zaman ini sebenarnya
bukan kelanjutan dari zaman sebelumnya. Zaman ini muncul bersamaan dengan zaman
Mesolitikum dan Neolitikum. Pada zaman batu pada umumnya, muncul kebudayaan
batu besar (Megalitikum) seperti menhir, batu berundak, dolmen, dan lain
sebagainya.
Beberapa hasil
penelitian mengenai manusia purba yang dilakukan oleh beberapa peneliti sejarah
adalah sebagai berikut :
Eugene Dubois
Eugene Dubois adalah
seorang dokter berkebangsaan Belanda yang pertama kali datang ke Indonesia.
Kedatangannya di Indonesia bertujuan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut
tentang keberadaan dan kehidupan manusia purba di Indonesia. Munculnya rasa
tertarik Eugene untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang manusia purba
di Indonesia setelah dia mendapat kiriman sebuah tengkorak manusia purba dari
seorang teman yang bernama BD Van reitschotten pada tahun 1889. BD Van reitschotten
menemukan tengkorak di daerah Wajak pada saat ia melakukan penggalian marmer.
Sedangkan Eugene Dubois sendiri menemukan manusia purba pada tahu 1890 di dekat
desa Trinil Jawa Timur. Fosil ini diberi nama Pithecantropus Erectus (manusia
kera yang berjalan tegak). Fosil ini di duga berusia lebih kurang satu juta
tahun. Pertemuan tersebut menggemparkan dunia ilmu pengetahuan di bidang
paleontology dan biologi.
2. Ter Haar, Oppenorth,
G.H.R Von Koeningswald
Ter Haar, Oppenorth,
G.H.R Von Koeningswald mengadakan penelitian di daerah Ngandong (Kabupaten
Blora). Mereka berhasil menemukan empat fosil manusia purba. Fosil-fosil
tersebut lebih dikenal dengan Homo Soloensis karena ditemukan disepanjang
aliran sungai Bengawan Solo. Sekitar Tahun 1934-1941, G.H.R Von Koeningswald
menemukan fosil rahang bawah yang berukuran sangat besar sehingga para ahli
memberi nama Meganthropus Paleojavanicus.
3. Tjokrohandoyo dan Difofjes
Usaha penggalian yang
dilakukan Tjokrohandoyo di bawah pimpinan Difofjes telah menemukan dua fosil.
Fosil-fosil yang ditemukan di desa Perning dekat Mojokerto dan Sangiran dekat
Surakarta itu menjadi sangat penting karena diperkirakan berasal dari lapisan
tanah yang sangat tua (lebih kurang dua juta tahun yang lalu). Fosil yang
ditemukan itu diberi nama Homo Mojokeroensis.
4. Prof. Dr. Teuku Jacob
Setelah Indonesia
merdeka, penelitian tentang manusia purba dilanjutkan oleh para ahli dari
Indonesia. Penelitian tersebut dilakukan oleh Prof. Dr. Teuku Jacob di desa
Sangiran dan meluas di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Penelitian ini
berhasil menemukan 13 fosil. Melalui penelitian yang dilakukan oleh para ahli berhasil diketahui kehidupan
dan keberadaan manusia purba di
Indonesia. Penelitian dan penemuan tersebut dapat dijadikan sumber yang berharga
untuk mengetahui perkembangan manusia purba pada masa prasejarah.
No comments:
Post a Comment