ARTIKEL
Pembangunan
Ekonomi Di Indonesia
salah satu masalah ekonomi di indonesia yang sering kita jumpai adalah pengangguran yang tiap tahun semakin meningkat.
salah satu masalah ekonomi di indonesia yang sering kita jumpai adalah pengangguran yang tiap tahun semakin meningkat.
Penyebab
Pengangguran
Pengangguran
umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak
sebanding dengan jumlahlapangan pekerjaan yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalamperekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat
pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran
dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan
dalam persen.
Baca Selanjutnya.
Baca Selanjutnya.
Ketiadaan
pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang
menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang
berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang
buruk terhadap penganggur dankeluarganya.
Tingkat
pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik,
keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan
per kapita suatu negara.
Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia,
dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang
semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih
banyak orang.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari
kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat
pengangguran dapat
dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan
kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur
harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat
kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat
menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan
dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat
jangka panjang adalah menurunnya GNP dan
pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, dikenal
istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya
bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai: perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan sesuatu negara untuk menghasilkan barang dan jasabarang faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah ketrampilan mereka.Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi kerap kali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah adalah lebih lambat dari potensinya.
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith, David Ricardo dan TR.
Malthus. Berikut ini akan diuraikan satu per satu.
a. Adam Smith
Adam Smith adalah ahli ekonomi yang menulis buku “The Wealth of Nation” (kemakmuran suatu negara) yang sangat terkenal. Ia merupakan tokoh yang mengemukakan pentingnya sistem ekonomi liberal (bebas), yakni sistem ekonomi yang bebas dari campur tangan pemerintah yang diperkuat dengan semboyan “Laissez Faire, Laissez Passer”. Adam Smith percaya bahwa dengan menggunakan sistem ekonomi liberal (bebas), pertumbuhan ekonomi dapat dicapai secara maksimum. Pertumbuhan ekonomi bisa dicapai dengan melibatkan dua unsur, yaitu:
- Pertumbuhan penduduk.
- Pertumbuhan output total.
Selanjutnya, pertumbuhan output yang berupa barang dan jasa dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu sumber-sumber alam, tenaga kerja, jumlah persediaan barang.
Agar terjadi pertumbuhan output, sumber-sumber alam harus dikelola oleh tenaga kerja dengan menggunakan barang modal. Sumber-sumber alam sangat penting untuk menentukan pertumbuhan ekonomi, karena sumbersumber alam merupakan batas maksimum output jika sudah dimanfaatkan secara maksimum. Sumber-sumber alam mencapai batas maksimum apabila telah dikerjakan oleh tenaga kerja yang handal dengan menggunakan barang modal yang cukup.
b. David Ricardo dan TR Malthus
Pemikiran David Ricardo dan
TR Malthus tidak sama dengan Adam Smith. Mereka mengkritik Adam Smith, bila
Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, maka David Ricardo berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk
yang terlalu besar (hingga 2 kali lipat) bisa menyebabkan melimpahnya tenaga
kerja.
Tenaga kerja yang melimpah menyebabkan upah yang diterima menurun, di mana upah tersebut hanya bisa untuk membiayai tingkat hidup minimum (subsistence level). Pada taraf ini, perekonomian mengalami stagnasi (kemandegan) yang disebut Stationary State.
TR Malthus sependapat dengan David Ricardo dan mengemukakan bahwa bahan makanan bertambah menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya), sedangkan penduduk bertambah menurut deret ukur (1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya). Akibatnya, bahan makanan tidak cukup untuk menghidupi penduduk, sehingga masyarakat hidup pada tingkat subsistence dan perekonomian mengalami kemandegan.
Tenaga kerja yang melimpah menyebabkan upah yang diterima menurun, di mana upah tersebut hanya bisa untuk membiayai tingkat hidup minimum (subsistence level). Pada taraf ini, perekonomian mengalami stagnasi (kemandegan) yang disebut Stationary State.
TR Malthus sependapat dengan David Ricardo dan mengemukakan bahwa bahan makanan bertambah menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya), sedangkan penduduk bertambah menurut deret ukur (1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya). Akibatnya, bahan makanan tidak cukup untuk menghidupi penduduk, sehingga masyarakat hidup pada tingkat subsistence dan perekonomian mengalami kemandegan.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Ada tiga tokoh Neoklasik yang
akan dibahas, yakni Robert Slow, Harrod Domar serta Joseph Schumpeter.
a. Robert Solow
Robert Solow adalah ahli
ekonomi yang memenangkan hadiah nobel pada tahun 1987. Solow berpendapat bahwa
pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika ada pertumbuhan output. Pertumbuhan
output terjadi jika dua faktor input, yakni modal dan tenaga kerja dikombinasikan,
sedangkan faktor teknologi dianggap konstan (tidak berubah). Adapun yang
tergolong sebagai modal adalah bahan baku, mesin, peralatan, komputer, bangunan
dan uang. Dalam memproduksi output, faktor modal dan tenaga kerja bias
dikombinasikan dalam berbagai model kombinasi. Sehingga, bisa dituliskan dalam
rumus sebagai berikut:
Q = f
(C.L)
Keterangan:
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)
Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q) merupakan fungsi dari modal (C) dan tenaga kerja (L). Ini berarti tinggi rendahnya output tergantung pada cara mengombinasikan modal dan tenaga kerja.
Q = Jumlah output yang dihasilkan
f = Fungsi
C = Capital (modal sebagai input)
L = Labour (tenaga kerja, sebagai input)
Rumus di atas menyatakan bahwa output (Q) merupakan fungsi dari modal (C) dan tenaga kerja (L). Ini berarti tinggi rendahnya output tergantung pada cara mengombinasikan modal dan tenaga kerja.
b. Harrod dan Domar
Harrod dan Domar mengemukakan
perlunya pembentukan modal sebagai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi
yang mantap (steady growth). Menurut mereka, bila pembentukan modal telah
dilakukan pada suatu masa, maka pada masa berikutnya perekonomian akan sanggup
memproduksi barang-barang dalam jumlah lebih besar. Keinginan masyarakat dalam
pembentukan modal (berinvestasi) ditentukan oleh permintaan agregat
(keseluruhan) dari masyarakat dan oleh MEC (Marginal Efficiency of Capital),
yakni perbandingan antara pertambahan modal terhadap pertambahan output.
c. Joseph Schumpeter
Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila
ada inovasi dari para pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan
penerapan pengetahuan dan teknologi yang baru di dunia usaha. Inovasi memiliki
pengaruh sebagai berikut:
- Diperkenalkannya teknologi baru.
- Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.
- Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha lain yang dapat meningkatkan hasil produksi
Faktor-faktor
pembangunan ekonomi
Sumber daya alam yang dimiliki
memengaruhi pembangunan ekonomi.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor
tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor
nonekonomi.
Faktor ekonomi yang memengaruhi
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi diantaranya adalah sumber daya alam, sumber
daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.
Sumber daya alam, yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan
tanah, keadaan iklim/cuaca, hasil hutan, tambang, dan hasil laut, sangat memengaruhi pertumbuhan industri
suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku produksi. Sementara itu,
keahlian dan kewirausahaan
dibutuhkan untuk mengolah bahan mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki
nilai lebih tinggi (disebut juga sebagai proses produksi).
Sumber daya manusia juga menentukan
keberhasilan pembangunan nasional melalui jumlah dan kualitas penduduk. Jumlah
penduduk yang besar merupakan pasar
potensial untuk memasarkan hasil-hasil produksi, sementara kualitas penduduk
menentukan seberapa besar produktivitas yang ada.
Sementara itu, sumber daya modal
dibutuhkan manusia
untuk mengolah bahan mentah tersebut. Pembentukan modal dan investasi ditujukan
untuk menggali dan mengolah kekayaan. Sumber daya modal berupa barang-barang
modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi
karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Faktor nonekonomi mencakup kondisi sosial kultur
yang ada di masyarakat, keadaan politik,
kelembagaan, dan sistem yang berkembang dan berlaku.
Pembangunan
ekonomi
- Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk usaha meningkatkan produk per kapita.
- Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
- Memperhatikan pertambahan penduduk.
- Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
- Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi.
- Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi perubahan – perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik.
Indikator merupakan sumber informasi yang sistematik serta
obyektif yang hampir setiap hari beberapa surat kabar menulis statistic yang
baru dikeluarkan oleh pemerintah. Indicator adalah sebuah instrument yang
menunjukkan keterkaitan berbagai hal. Pemerintah misalnya, secara regular
mensurvei rumah tangga ataupun perusahaan untuk mempelajari aktivitas dan
dampak kegiatan mereka terhadap kesejahteraannya. Tanpa adanya
indicator-indikator ini, pola atau gejala yang sedang terjadi serta pengaruhnya
akan sulit diketahui secara pasti. Indikator yang diperoleh secara survey oleh
pemerintah ataupun lembaga yang berkepentingan digunakan sebagai tolak ukur
untuk mengawasi dan merumuskan suatu kebijakan. Dapat disimpulkan bahwa
indicator pembangunan ekonomi adalah suatu instrument untuk mengetahui derajat
pembangunan yang dilakukan oleh suatu Negara yang meliputi beberapa aspek.
Adapun pentingnya indicator-indikator pembangunan ekonomi
adalah sebagai berikut :
1. Memantau perilaku perekonomian
2. Kepentingan analisis ekonomi
3. Dasar pengambilan keputusan
4. Dasar perbandingan internasional
Pembangunan Ekonomi memiliki tiga Indikator pokok, berikut ini adalah
penjelasan dari masing-masing Indikator Pembangunan Ekonomi :
Indikator Moneter
Indikator ini berkaitan dengan uang. Uang disini berupa
tingkat income yang diterima oleh masyarakat. Dalam indicator moneter, ada
beberapa indicator yang dapat diukur, yakni :
Indikator Non-Moneter
Indikator ini merupakan indicator yang diambil dari beberapa
hal pokok yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan
indicator sebelumnya, Indikator memiliki beberapa macam-macam sub- Indikator.
Berikut ini adalah uraiannya.
1.
Indikator Sosial
Ahli Pembangunan Ekonomi yang bernama Beckerman membedakan
berbagai penelitian tentang cara-cara membandingkan tingkat kesejahteraan dalam
3 kelompok.
Kelompok pertama, merupakan suatu usaha untuk membandingkan
tingkat kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat yang ada di dalam dua atau
beberapa Negara dengan cara memperbaiki pelaksanaan dalam perhitungan
pendapatan nasional biasa. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark yang
selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis.
Kelompok kedua, dengan usaha membuat penyesuaian dalam
pendapatan masyarakat yang dibandingkan dengan melihat pertimbangan perbedaan
tingkat harga disetiap Negara.
Kelompok ketiga, adalah usaha untuk membuat perbandingan
tingkat kesejahteraan dari setiap Negara berdasarkan pada data yang tidak
bersifat moneter seperti, jumlah kendaraan bermotor, konsumsi minyak, jumlah
penduduk yang mengenyam pendidikan, dan usaha ini dipelopori oleh tokoh yang
bernama Bennet.
Menurut Beckerman, dari tiga cara diatas, cara yang dirasa
paling tepat adalah cara yang dilakukan oleh Gilbert dan Kravis. Cara ini
merupakan usaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan dan pembangunan di
berbagai Negara dengan memperbaiki metode pembanding dengan menggunakan data
pendapatan nasional dari masing-masing Negara.
Indikator Campuran
1.
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu indicator yang digunakan dalam
mengukur pembangunan ekonomi suatu Negara. Pada umumnya, dalam Negara maju
tingkat pendidikan rata-rata tinggi dengan TPAK dari tahun ketahun selalu
meningkat. Negara maju sangat memperhatikan tingkat pendidikan para
penduduknya. Berbeda dengan Negara sedang berkembang, pendidikan di NSB masih
rendah jika dibandingkan Negara maju. Terbukti tingkat melek huruf dan TPAk
serta angka partisipasi sekolah masih rendah. Sehingga, dari perbandingan
tersebut, indicator yang dapat diukur dalam pendidikan yakni ; tingkat
pendidikan, tingkat melek huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan.
2.
Kesehatan
Kesehatan merupakan hak asasi yang harus dipenuhi demi
keberlangsungannya kehidupan bermasyarakat. Indikator tingkat kesehatan dapat
dilihat dari rata-rata hari sakit dan ketersediaannya fasilitas kesehatan.
Ketika terpenuhinya pembangunan ekonomi berupa kesejahteraan dalam bidang
kesehatan, dapat dilihat dari beberapa indikasi berupa tingkat mortalitas yang
rendah, angka pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan angka harapan hidup yang
tinggi.
3.
Perumahan
Rumah merupakan kebutuhan primer yang harus terpenuhi oleh
masing-masing penduduk. Indicator perumahan yang sesuai dengan tujuan
kesejahteraan penduduk yakni sumber air bersih dan listrik, sanitasi, dan mutu
rumah tinggal.
4.
Angkatan Kerja
Penduduk yang dikatakan angkatan kerja adalah orang yang
telah berumur 15-64 tahun. Angkatan kerja ini juga dibagi lagi menjadi dua
yakni bekerja dan sedang mencari pekerjaan (Menganggur). Indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur kesejahteraan angkatan kerja adalah, partisipasi
tenaga kerja, jumlah jam kerja, sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan.
5.
KB dan Fertilitas
Indikator yang dapat digunakan yakni, penggunaan asi,
tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran, dan penggunaan
alat kontrasepsi.
6.
Ekonomi
Pembangunan ekonomi pada dasarnya di ikuti dengan
pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi, kita dapat melihat
Indikator ekonomi itu sendiri, yakni tingkat pendapatan dan konsumsi per
kapita.
7.
Kriminalitas
Pada dasarnya Negara maju memiliki tingkat kriminalitas yang
rendah, hal ini disebabkan sudah lengkapnya alat keamanan Negara yang digunakan
oleh Negara tersebut. Hal ini berbeda dengan keadaan di Negara sedang
berkembang. Di NSB, banyak terjadi kriminalitas yang disebabkan beberapa factor
seperti adanya cultural shock, ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan, dan
adanya kepentingan dari suatu pihan. Indicator kriminalitas itu sendiri
diantaranya adalah, jumlah pencurian per tahun, jumlah pembunuhan per tahun,
dan jumlah pemerkosaan per tahun.
8.
Perjalanan Wisata
Indikatornya
adalah frekuensi perjalanan wisata per tahun.
9.
Akses Media Massa
Akses media bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi
dalam masyarakat itu sendiri. Indikatornya antara lain : jumlah surat kabar,
jumlah radio, dan jumlah televisi.
Masalah Pembangunan Ekonomi Indonesia
Secara umum, ada empat masalah yang harus dihadapi
dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Keempat masalah tersebut dari tahun ke
tahun selalu mendapat perhatian serius. Masalah yang paling serius diperhatikan
pemerintah adalah masalah kemiskinan, apalagi menurut data PROPENAS terjadi
peningkatan jumlah penduduk miskin dari 22, 5 juta pada tahun 1996 menjadi 37,5
juta pada pertengahan tahun 1999. Keempat masalah tersebut adalah:
a. Kemiskinan
Program pengentasan kemiskinan sudah dilaksanakan
sejak masa orde baru melalui berbagai bentuk program seperti INSUS
(Intensifikasi Khusus), INMUM (Intensifikasi Umum), BIMAS (Bimbingan Massal),
INMAS (Intensifikasi Massal), KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen), KUK (Kredit
Usaha Kecil), Wajib Belajar, INPRES Desa yang dilanjutkan dengan INPRES Desa
Tertinggal (IDT).
Selanjutnya, ada tiga program yang dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan, program-program ini langsung ditujukan kepada penduduk miskin, yakni:
1) Menyediakan kebutuhan pokok untuk keluarga miskin.
2) Mengembangkan sistem jaminan sosial.
3) Mengembangkan budaya masyarakat miskin.
Selanjutnya, ada tiga program yang dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan, program-program ini langsung ditujukan kepada penduduk miskin, yakni:
1) Menyediakan kebutuhan pokok untuk keluarga miskin.
2) Mengembangkan sistem jaminan sosial.
3) Mengembangkan budaya masyarakat miskin.
b. Keterbelakangan
Secara umum, keterbelakangan yang diderita Indonesia
meliputi rendahnya tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, pemilikan modal,
efisiensi dan efektivitas kerja, tingkat manajemen, dan kurang tersedianya
infrastruktur. Semua faktor tersebut memiliki hubungan sebab akibat satu sama
lain yang membentuk lingkaran setan kemiskinan (vicious circle) Adapun
keterbelakangan di bidang ekonomi tampak dari rendahnya pendapatan per kapita,
tingkat spesialisasi (pembagian kerja), penggunaan uang giral per kapita serta
masih sempitnya pasar.
c. Lapangan Kerja
Jumlah pengangguran di Indonesia diupayakan terus
berkurang dengan memperluas lapangan kerja. Akan tetapi, krisis ekonomi tahun
1997 semakin menambah jumlah pengangguran di Indonesia hingga mencapai 37,5
juta jiwa. Ditambah lagi dengan masih rendahnya kualitas angkatan kerja
Indonesia; kurang lebih 64% dari angkatan kerja Indonesia memiliki pendidikan
SD ke bawah.
Untuk mengatasi masalah di atas, pemerintah melakukan strategi kebijakan ketenagakerjaan yang meliputi:
1) Menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan kebijakan ekonomi makro.
2) Meningkatkan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan.
3) Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dengan menetapkan system pengupahan dan penjaminan kesejahteraan.
4) Meningkatkan perlindungan bagi pekerja.
5) Menata kembali sistem pelatihan, penempatan, pemantauan dan perlindungan TKI yang bekerja di luar negeri.
Untuk mengatasi masalah di atas, pemerintah melakukan strategi kebijakan ketenagakerjaan yang meliputi:
1) Menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan kebijakan ekonomi makro.
2) Meningkatkan kompetensi dan kemandirian tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan.
3) Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dengan menetapkan system pengupahan dan penjaminan kesejahteraan.
4) Meningkatkan perlindungan bagi pekerja.
5) Menata kembali sistem pelatihan, penempatan, pemantauan dan perlindungan TKI yang bekerja di luar negeri.
d. Pemerataan Pembangunan
Untuk memeratakan pembangunan, harus dilihat
komposisi penduduk dan wilayah Indonesia. Karena, sebagian besar penduduk
Indonesia tinggal di pedesaan dan daerah (bukan di ibukota) maka pembangunan
harus lebih banyak diarahkan ke pedesaan dan daerah. Selain itu, dalam
melakukan pembangunan pemerintah juga berpedoman pada “delapan jalur
pemerataan”, yakni:
1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok terutama sandang, pangan dan papan.
2) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3) Pemerataan pembagian pendapatan.
4) Pemerataan kesempatan kerja.
5) Pemerataan kesempatan berusaha.
6) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan wanita.
7) Pemerataan penyebaran pembangunan ke seluruh wilayah tanah air.
8) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok terutama sandang, pangan dan papan.
2) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3) Pemerataan pembagian pendapatan.
4) Pemerataan kesempatan kerja.
5) Pemerataan kesempatan berusaha.
6) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan wanita.
7) Pemerataan penyebaran pembangunan ke seluruh wilayah tanah air.
8) Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
ARTIKEL
Kemiskinan memang adalah pekerjaan
besar bagi pemerintah kita, tapi pekerjaan itu tidak pernah di prioritaskan
untuk mengurangi angka kemiskinan, berbagi cara telah di lakukan tapi malah
tidak dapat mengurus permasalahan ini.
Kemiskinan merupakan masalah yang
ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk,
terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan
kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini
berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan
kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja
dan sebagainya.
Berbagai upaya tersebut telah
berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 54,2 juta (40.1%) pada tahun 1976
menjadi 22,5 juta (11.3%) pada tahun 1996. Namun, dengan terjadinya krisis
ekonomi sejak Juli 1997 dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi dan
tsunami pada Desember 2004 membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat,
yaitu melemahnya kegiatan ekonomi, memburuknya pelayanan kesehatan dan
pendidikan, memburuknya kondisi sarana umum sehingga mengakibatkan bertambahnya
jumlah penduduk miskin menjadi 47,9 juta (23.4%) pada tahun 1999. Kemudian pada
5 tahun terakhir terlihat penurunan tingkat kemiskinan secara terus menerus dan
perlahan-lahan sampai mencapai 36,1 juta (16.7%) di tahun 2004.
Pemecahan masalah kemiskinan
memerlukan langkah-langkah dan program yang dirancang secara khusus dan terpadu
oleh pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat.
4.1 Faktor Penyebab
Kemiskinan
Ternyata kemiskinan itu tidak
terjadi begitu saja melainkan memiliki faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kemiskinan. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan
dapat dikategorikan dalam beberapa hal berikut ini :
A. Merosotnya standar
perkembangan pendapatan per-kapita secara
global.
Yang perlu digaris bawahi di sini
adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang dengan
produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur
meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya,
seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun
beriringan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar
perkembangan pendapatan per-kapita:
1) Naiknya
standar perkembangan suatu daerah.
2) Politik
ekonomi yang tidak sehat.
3) Faktor-faktor
luar negeri, diantaranya:
4) Rusaknya syarat-syarat
perdagangan
5) Beban hutang
6) Kurangnya
bantuan luar negeri, dan Perang
B. Menurunnya etos kerja
dan produktivitas masyarakat.
Faktor ini sangat penting dalam
pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja
dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus,
serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggung jawabkan dengan
maksimal
C. Biaya kehidupan yang
tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan
di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan
atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita
di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli dan
banyaknya pengangguran.
D. Pembagian subsidi in
come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan
terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga
secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain
rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara
Semoga Artikel ini bermanfaat.
Terima kasih telah berkunjung.
Okk sip
ReplyDelete