7 Hikmah dan Keutamaan Qurban 'Idul
Adha
Sebentar lagi kita akan kedatangan
tamu istimewa, Hari Raya ‘Idul Adha, dimana di hari itu dan hari tasyrik
dilakukan penyembelihan hewan qurba. Jika Anda belum memutuskan untuk berkurban
tahun ini, ada baiknya Anda menyimak hikmah dan keutamaan qurban pada hari-hari
tersebut:
1. Kebaikan dari setiap helai bulu
hewan kurban
Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau
mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab:
“Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa
keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab:
“Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau
bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu
kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah]
2. Berkurban adalah ciri keislaman
seseorang
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak
berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat Ied kami.” [HR. Ahmad dan
Ibnu Majah]
3. Ibadah kurban adalah salah satu
ibadah yang paling disukai oleh Allah
Dari Aisyah, Rasulullah SAW
bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih
disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban),
sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap
dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya
akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih
sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” [HR. Ibn
Majah dan Tirmidzi. Tirmidzi menyatakan: Hadits ini adalah hasan gharib]
4. Berkurban membawa misi kepedulian
pada sesama, menggembirakan kaum dhuafa
“Hari Raya Qurban adalah hari untuk
makan, minum dan dzikir kepada Allah” [HR. Muslim]
5. Berkurban adalah ibadah yang
paling utama
“Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu; dan berkurbanlah.” [Qur’an Surat Al Kautsar : 2]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra
sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua
surat Al-Kautsar menguraikan : “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau
untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih
qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku,
sembelihanku (kurban), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam.” [Qur’an Surat Al An’am : 162]
Beliau juga menegaskan: “Ibadah
harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan
yang paling utama adalah shalat…”
6. Berkurban adalah sebagian dari
syiar agama Islam
“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami
syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap
binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah
Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah
kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)” [Qur’an
Surat Al Hajj : 34]
7. Mengenang ujian kecintaan dari
Allah kepada Nabi Ibrahim
“Maka tatkala anak itu sampai (pada
umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai
Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar
suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar.” [Qur’an Surat Ash Shaffat : 102 - 107]
Keutamaan dan Hikmah Ibadah Qurban
Pensyariatan Udhiyah
Udhiyah pada hari nahr (Idul Adha) disyariatkan berdasarkan beberapa dalil, di antaranya,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar:
2). Di antara tafsiran ayat ini adalah “berqurbanlah pada hari raya Idul
Adha (yaumun nahr)”. Tafsiran ini diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Tholhah
dari Ibnu ‘Abbas, juga menjadi pendapat ‘Atho’, Mujahid dan jumhur
(mayoritas) ulama.[1]Dari sunnah terdapat riwayat dari Anas bin Malik, ia berkata,
ضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ قَالَ
وَرَأَيْتُهُ يَذْبَحُهُمَا بِيَدِهِ وَرَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى
صِفَاحِهِمَا قَالَ وَسَمَّى وَكَبَّرَ
“Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam berkurban dengan dua ekor
kambing kibasy putih yang telah tumbuh tanduknya. Anas berkata : “Aku melihat
beliau menyembelih dua ekor kambing tersebut dengan tangan beliau sendiri. Aku
melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher kambing itu. Beliau membaca
basmalah dan takbir” (HR. Bukhari no. 5558 dan Muslim no. 1966).Kaum muslimin pun bersepakat (berijma’) akan disyari’atkannya udhiyah.[2]
Udhiyah disyari’atkan pada tahun 2 Hijriyah. Tahun tersebut adalah tahun di mana disyari’atkannya shalat ‘iedain (Idul Fithri dan Idul Adha), juga tahun disyari’atkannya zakat maal.[3]
Keutamaan Udhiyah
Tak diragukan lagi, udhiyah adalah ibadah pada Allah dan pendekatan diri pada-Nya, juga dalam rangka mengikuti ajaran Nabi kita Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Kaum muslimin sesudah beliau pun melestarikan ibadah mulia ini. Tidak ragu lagi ibadah ini adalah bagian dari syari’at Islam. Hukumnya adalah sunnah muakkad (yang amat dianjurkan) menurut mayoritas ulama. Ada beberapa hadits yang menerangkan fadhilah atau keutamaannya, namun tidak ada satu pun yang shahih. Ibnul ‘Arobi dalam ‘Aridhotil Ahwadzi (6: 288) berkata, “Tidak ada hadits shahih yang menerangkan keutamaan udhiyah. Segelintir orang meriwayatkan beberapa hadits yang ajiib (yang menakjubkan), namun tidak shahih.”[4]
Sejumlah hadits dho’if yang membicarakan keutamaan udhiyah,
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ
النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ
عَمَلاً أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ
لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَأَشْعَارِهَا
وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ
يَقَعَ عَلَى الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا »
Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah pada hari nahr manusia beramal suatu amalan yang lebih dicintai oleh
Allah daripada mengalirkan darah dari hewan qurban. Ia akan datang pada hari
kiamat dengan tanduk, kuku, rambut hewan qurban tersebut. Dan sungguh, darah
tersebut akan sampai kepada (ridha) Allah sebelum tetesan darah tersebut jatuh
ke bumi, maka bersihkanlah jiwa kalian dengan berkurban.” (HR. Ibnu Majah no.
3126 dan Tirmidiz no. 1493. Hadits ini adalah hadits yang dho’if kata Syaikh Al
Albani)
عَنْ أَبِى دَاوُدَ عَنْ زَيْدِ
بْنِ أَرْقَمَ قَالَ قَالَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذِهِ الأَضَاحِىُّ قَالَ « سُنَّةُ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ
». قَالُوا فَمَا لَنَا فِيهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « بِكُلِّ شَعَرَةٍ
حَسَنَةٌ ». قَالُوا فَالصُّوفُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « بِكُلِّ شَعَرَةٍ
مِنَ الصُّوفِ حَسَنَةٌ ».
Dari Abu Daud dari Zaid bin Arqam dia berkata, “Para sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah maksud dari
hewan-hewan kurban seperti ini?” beliau bersabda: “Ini merupakan sunnah
(ajaran) bapak kalian, Ibrahim.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas apa
yang akan kami dapatkan dengannya?” beliau menjawab: “Setiap rambut terdapat
kebaikan.” Mereka berkata, “Bagaimana dengan bulu-bulunya wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: “Dari setiap rambut pada bulu-bulunya terdapat suatu
kebaikan.” (HR. Ibnu Majah no. 3127. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini dho’if jiddan)[5]Hikmah di Balik Menyembelih Qurban
Pertama: Bersyukur kepada Allah atas nikmat hayat (kehidupan) yang diberikan.
Kedua: Menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim –kholilullah (kekasih Allah)- ‘alaihis salaam yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail ‘alaihis salaam ketika hari an nahr (Idul Adha).
Ketiga: Agar setiap mukmin mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Isma’il ‘alaihimas salaam, yang ini membuahkan ketaatan pada Allah dan kecintaan pada-Nya lebih dari diri sendiri dan anak. Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan sehingga Isma’il pun berubah menjadi seekor domba. Jika setiap mukmin mengingat kisah ini, seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan pada Allah dan seharusnya mereka mendahulukan kecintaan Allah dari hawa nafsu dan syahwatnya.[6]
Keempat: Ibadah qurban lebih baik daripada bersedekah dengan uang yang senilai dengan hewan qurban. Ibnul Qayyim berkata, “Penyembelihan yang dilakukan di waktu mulia lebih afdhol daripada sedekah senilai penyembelihan tersebut. Oleh karenanya jika seseorang bersedekah untuk menggantikan kewajiban penyembelihan pada manasik tamattu’ dan qiron meskipun dengan sedekah yang bernilai berlipat ganda, tentu tidak bisa menyamai keutamaan udhiyah.”[7]
Moga sajian ringkas ini semakin membuat kita bersemangat untuk melakukan ibadah yang mulia ini. Nantikan pembahasan serial ketiga mengenai hukum udhiyah atau qurban. Semoga Allah beri kemudahan dan kekuatan dalam beramal baik.
Begitu besar keutamaan qurban, memang berat tiba-tiba harus mengeluarkan uang minimal 2 juta untuk membeli minimal 1 kambing, tapi biasanya yang telah menjalankan kurban akan mendapat kelapangan di tahun-tahun berikutnya
ReplyDeleteArtikelnya sangat bermanfaat kak, menambah wawasan saya. terimakasih untuk informasinya kak
ReplyDeletejika berkenan silahkan mampir di web kami
Pusat Layanan Aqiqah Jogja